Alam
menyatukan aku dan kau menjadi kita
Alam
mewarnai pelangi cinta Adzthathry penuh makna
Melukis
cerita yang tiada tara
Alam
menyimpan segalanya
Di aniv yang ke tiga bulan, pangeran tikus dan putri
marmut kembali melukis kisah indah tentang dunia percintaannya yang makin hari
makin harmonis. Kali ini tikus dan marmut mengukir cerita di bawah naungan
langit biru berlapis pohon-pohon pinus yang tinggi di kaki gunung Ciremai
tepatnya di Cibunar, Kuningan – JABAR-INDONESIA-PLANET KE 3. Hahaha lengkap amat :D
Tepat tanggal 26-28 Desember 2011 aku, muadz, dan
santri yang lain mengikuti kegiatan pesantren alam yang rutin diselenggarakan setiap tahun dengan
tempat yang berbeda pastinya . biar gak
bosen hhe :p anehnya setiap ada
pesantren alam aku pasti lagi pacaran sama santri lagi . Dua tahun yang lalu
juga aku ikut pesantren alam saat itu aku sedang berpacaran dengan Trisna si
ketua PORSI , waktu itu pesantren alamnya di Citimun-Cimalaka-Sumedang di kaki
gunung Tampomas yang konon menurut mitos orang-orang setempat gunung tampomas
dan gunung Ciremai itu berhadapan dan dikuasai oleh putri cantik dan pangeran
ganteng yang menjalin asmara. Aahh koq
jadi bahas masa lalu siih :p lanjut lagii yukk cerita adzthathry
Di Pesantren alam yang ke X aku kebagian tugas
menjadi panitia di seksi acara jadi yang berhubungan dengan acara aku tahu
segalanya. Aku diberi bekal yang banyak oleh orangtuaku dan disuruh bawa tas besar yang cukup berat saatku jinjing. Untungnya
ketika aku membawa tas itu sendiri dari mobil menuju perjalanan kaki gunung
Muadz segera menghampiriku “ sini, tasnya aku bawain “ ia menawarkan diri untuk
membantuku. “ asiiek ada yang bawain , yuk atuh gotong royong ! “ timpalku.
Dalam perjalanan kira –kira 8 KM menuju kaki gunung
aku jalan bersama dengannya dengan membawa tongkat, tenda, tasku, dan tas dia
sehingga bebanpun terasa ringan karena dibawa berdua.
Tak jarang teman-temanku menyindirku dengan kata-kata
yang lazim keluar dari mulut mereka “ cie ,. Romantis kaya yang udah suami
istri aja :D” seperti itulah ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut mereka.
Aku dan Muadz hanya tersenyum dan menghiraukan ucapan-ucapan itu. Sesekali aku
dan dia berhenti untuk sekedar minum dan beristirahat sejenak.
Perjalanan yang cukup melelahkan itu tak begitu
berasa saat dijalani berdua karena yang ada hanya cenat-cenut asmara yang
menerbangkan khayalan tuk memiliki dunia ini berdua. Ketika sampai di bumi
perkemahan aku beserta santri yang lain termasuk dia segera mendirikan tenda
dan mengikuti lomba regu pendiri tenda tercepat dan terbaik. Namun, karena aku
panitia jadi aku hanya jadi juri dan tak usah repot -repot mendirikan tenda . hahahaha enak bangeet kan ?
Malam harinya kami mengikuti pengajian seperti biasa
layaknya di pesantren sampai jam 9an yang diisi oleh beberapa ustad muda.
Setelah selesai mengaji kami langsung tidur ke tenda masing-masing. Tepat pukul
03.00 aku dibangunkan oleh teh nok agar membantunya membangunkan para santri
untuk melaksanakan shalat tahajud.
Pagi harinya aku dan para santri berolahraga dan
melakukan beberapa permainan tradisional yang membuat kita tertawa bersama.
Sekitar pukul 08.00 kami sudah siap untuk melakukan penjelajahan dan kegiatan
bakti sosial. Aku dan Muadz kembali berjalan bersama menyusuri pohon-pohon dan
tanaman yang tumbuh liar menemani perjalanan kami menuju perkampungan dan
curug. Ketika menuju curug aku berjalan bertiga dengan muadz dan via yang sudah
aku anggap sebagai adikku sendiri. Obrolan-obrolan kecil mewarnai perjalanan
kami. Aku sempat terpeleset ke kebun ubi saat aku harus berjalan di pematang
yang licin untungnya sebelum aku terjatuh ke tanah Muadz sempat menolongku dan
menarik tanganku. “Makasih ya ? untung ada kamu “ ungkapku . “ hahaha tadinya
sih gak bakal aku tolongin biar kamu jatuh menggelinding kaya bola “ candanya
“huu tega ? masa pacarnya jatuh kamu malah menertawakan ?” bentakku karena
emosiku mulai memuncak. “ bercanda atuh sayang J
kamu terlalu serius ah , jadi sosok humoris dong biar gak cepet tua “
tanggapnya. “ iya-iya . . . smile J
hhehehe :D “timpalku
Karena terlalu asik ngobrol aku lupa tak sempat
mempertanyakan ke arah mana jalan ke curug . “Adz, koq gak nyampe-nyampe yah ?
perasaan kita udah jauh banget jalannya “ tanyaku . “o iya yaa , jangan-jangan
kita salah jalan “ jawabnya. Aku , muadz dan via memutuskan untuk berhenti dan
menunggu berita dari yang lain . ternyata . . . oh ternyata. . . “wooyy yang di
atas turun lagi , kita salah jalan harusnya tadi belok “ teriak beberapa orang
yang masih di bawah . dengan perasaan kesal aku dan yang lain yang juga
tersesat mencoba menerima dan kembali turun ke bawah dengan nafas yang
terengah-engah . “ Nha, awas terpeleset lagi jalannya licin “ Muadz mengingatkanku
yang terlalu asiik turun kebawah karena udah gak sabar pengen main air di
curug. “ iyah adz, nyantai aja . kamu yang didepan atuh biar aku megang jaket
kamu kalau mau jatuh . :D “ ungkapku “huu dasar jadi jatuhnya mau ngajakin aku
nih ?” guyonnya. “hhehe kan One heart One idea jadi harus sependeritaan dong :D
“ jawabku “ iya deh iyaa si sayang bisa aja “ timpalnya sambil mengikuti
saranku.
Tak lama kemudian akhirnya kami tiba di curug,
awalnya aku hanya ingin bermain air biasa namun “ cepet atuh kelas tiga yang
mau keluar harus basah semua . kapan lagi kita kaya gini . ini untuk yang
terakhir lho? “ rayu beberapa orang dari kelas tiga. “ yu adz, kita kesana .
sekalian photo juga hehehe :D” ajakku. “ iyah nha ayo tapi aku nitip uang yah
di kamu “ jawabnya sambil menyerahkan sejumlah uang dari sakunya. Aku dan Muadz
segera bergabung dengan teman-teman yang lain dan berphoto bersama.
Pulang dari Curug kami kembali ke bumi perkemahan
dan aku pun kembali pulang bersama Muadz dan Via. Disaat yang lain ikut ke
mobil yang lewat aku segera bertanya “ kita mau ikut ke mobil juga nggak ? “
tanyaku “ nggak ah berbahaya mending kita jalan kaki biar lama di jalan
berduanya “ sarannya . aku pun mengikuti sarannya.
Ketika tiba di perkemahan kita bertiga langsung
mandi dan janjian buat shalat berjamaah. Aku dan Via mandi ke tempat perempuan
dan Muadz mandi di tempat laki-laki. Hahaha
ya iyalah masa mau bareng :D sehabis mandi aku dan via segera ke mushola
kecil yang ada di dekat tenda-tenda yang
kami dirikan. Tak lama kemudian Muadzpun mengikuti dari belakang dan Kita
shalat berjama’ah. Aku merasa bahagia dan sangat dekat dengannya ibarat sudah
resmi jadi suami istri dan via sebagai anaknya . hahaha ngekhayal :p
Malam harinya yang juga malam terakhir berada di kaki
gunung ciremai panitia mengadakan acara kreasi dan api unggun. Acara itu
disambut meriah oleh para santri , berdansa bersama mengelilingi jilatan api
yang mulai membakar kayu-kayu kering diiringi penampilan beberapa drama
layaknya sebuah theater di hutan. Pokoknya
seru deh
Esok harinya, dengan berat hati kami harus
membongkar tenda-tenda yang menjadi tempat berlindung kami selama 3 hari 2
malam. Diperjalanan pulang aku dan Muadz berharap agar mobil yang kami tumpangi
berhenti di dekat penjual durian karena aku dan dia sama-sama pecinta durian.
Namun sayangnya, keinginan kita tak terpenuhi L
.
Alam
. . .
Menyatukan
aku, kau, menjadi kita
Membuatku
lebih dekat denganmu
Mengukir
cerita tentang aku dan dia
Saksi
bisu jalinan kasih antara kau dan aku
Andai
alam dapat bicara
Mungkin
ia akan banyak bercerita tentang kita
Bercerita
kisah cinta tikus dan marmut
Andai
alam dapat berimajenasi
Mungkin
ia akan melukiskan cerita cinta Adzthathry
Menggambarkan
keharmonisanku bersamanya
Namun
sayang . . .
Alam
hanya bisa membisu
Melihat
perjalanan dua insan dilanda asmara
Tanpa
bisa bercerita tentang kita
Sesampainya di pesantren banyak santri yang langsung
dijemput orangtuanya . sementara aku ? sampai sore tak kunjung dijemput tapi
tak apalah agar aku bisa lebih lama bersamanya. Malam harinya panitia bersama
beberapa santri yang belum pulang ngeliwet bareng. Meski hanya dengan lauk pauk
seadanya tapi aku bahagia karena makan bersamanya :*
Aku habiskan seminggu dari waktu liburku untuk tetap
tinggal di pesantren. Aku pulang ketika mama menyuruhku pulang ke rumah karena
ada acara keluarga begitupula dengan Muadz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar