Senin, 27 Mei 2013

Alam Menyatukan Kita

Alam menyatukan aku dan kau menjadi kita
Alam mewarnai pelangi cinta Adzthathry penuh makna
Melukis cerita yang tiada tara
Alam menyimpan segalanya

Di aniv yang ke tiga bulan, pangeran tikus dan putri marmut kembali melukis kisah indah tentang dunia percintaannya yang makin hari makin harmonis. Kali ini tikus dan marmut mengukir cerita di bawah naungan langit biru berlapis pohon-pohon pinus yang tinggi di kaki gunung Ciremai tepatnya di Cibunar, Kuningan – JABAR-INDONESIA-PLANET KE 3. Hahaha lengkap amat :D
Tepat tanggal 26-28 Desember 2011 aku, muadz, dan santri yang lain mengikuti kegiatan pesantren alam  yang rutin diselenggarakan setiap tahun dengan tempat yang berbeda pastinya . biar gak bosen hhe :p  anehnya setiap ada pesantren alam aku pasti lagi pacaran sama santri lagi . Dua tahun yang lalu juga aku ikut pesantren alam saat itu aku sedang berpacaran dengan Trisna si ketua PORSI , waktu itu pesantren alamnya di Citimun-Cimalaka-Sumedang di kaki gunung Tampomas yang konon menurut mitos orang-orang setempat gunung tampomas dan gunung Ciremai itu berhadapan dan dikuasai oleh putri cantik dan pangeran ganteng yang menjalin asmara. Aahh koq jadi bahas masa lalu siih :p lanjut lagii yukk cerita adzthathry
Di Pesantren alam yang ke X aku kebagian tugas menjadi panitia di seksi acara jadi yang berhubungan dengan acara aku tahu segalanya. Aku diberi bekal yang banyak oleh orangtuaku dan disuruh bawa tas besar  yang cukup berat saatku jinjing. Untungnya ketika aku membawa tas itu sendiri dari mobil menuju perjalanan kaki gunung Muadz segera menghampiriku “ sini, tasnya aku bawain “ ia menawarkan diri untuk membantuku. “ asiiek ada yang bawain , yuk atuh gotong royong ! “ timpalku.
Dalam perjalanan kira –kira 8 KM menuju kaki gunung aku jalan bersama dengannya dengan membawa tongkat, tenda, tasku, dan tas dia sehingga bebanpun terasa ringan karena dibawa berdua.
Tak jarang teman-temanku menyindirku dengan kata-kata yang lazim keluar dari mulut mereka “ cie ,. Romantis kaya yang udah suami istri aja :D” seperti itulah ungkapan-ungkapan yang keluar dari mulut mereka. Aku dan Muadz hanya tersenyum dan menghiraukan ucapan-ucapan itu. Sesekali aku dan dia berhenti untuk sekedar minum dan beristirahat sejenak.
Perjalanan yang cukup melelahkan itu tak begitu berasa saat dijalani berdua karena yang ada hanya cenat-cenut asmara yang menerbangkan khayalan tuk memiliki dunia ini berdua. Ketika sampai di bumi perkemahan aku beserta santri yang lain termasuk dia segera mendirikan tenda dan mengikuti lomba regu pendiri tenda tercepat dan terbaik. Namun, karena aku panitia jadi aku hanya jadi juri dan tak usah repot -repot mendirikan tenda . hahahaha enak bangeet kan ?  
Malam harinya kami mengikuti pengajian seperti biasa layaknya di pesantren sampai jam 9an yang diisi oleh beberapa ustad muda. Setelah selesai mengaji kami langsung tidur ke tenda masing-masing. Tepat pukul 03.00 aku dibangunkan oleh teh nok agar membantunya membangunkan para santri untuk melaksanakan shalat tahajud.
Pagi harinya aku dan para santri berolahraga dan melakukan beberapa permainan tradisional yang membuat kita tertawa bersama. Sekitar pukul 08.00 kami sudah siap untuk melakukan penjelajahan dan kegiatan bakti sosial. Aku dan Muadz kembali berjalan bersama menyusuri pohon-pohon dan tanaman yang tumbuh liar menemani perjalanan kami menuju perkampungan dan curug. Ketika menuju curug aku berjalan bertiga dengan muadz dan via yang sudah aku anggap sebagai adikku sendiri. Obrolan-obrolan kecil mewarnai perjalanan kami. Aku sempat terpeleset ke kebun ubi saat aku harus berjalan di pematang yang licin untungnya sebelum aku terjatuh ke tanah Muadz sempat menolongku dan menarik tanganku. “Makasih ya ? untung ada kamu “ ungkapku . “ hahaha tadinya sih gak bakal aku tolongin biar kamu jatuh menggelinding kaya bola “ candanya “huu tega ? masa pacarnya jatuh kamu malah menertawakan ?” bentakku karena emosiku mulai memuncak. “ bercanda atuh sayang J kamu terlalu serius ah , jadi sosok humoris dong biar gak cepet tua “ tanggapnya. “ iya-iya . . . smile J hhehehe :D “timpalku
Karena terlalu asik ngobrol aku lupa tak sempat mempertanyakan ke arah mana jalan ke curug . “Adz, koq gak nyampe-nyampe yah ? perasaan kita udah jauh banget jalannya “ tanyaku . “o iya yaa , jangan-jangan kita salah jalan “ jawabnya. Aku , muadz dan via memutuskan untuk berhenti dan menunggu berita dari yang lain . ternyata . . . oh ternyata. . . “wooyy yang di atas turun lagi , kita salah jalan harusnya tadi belok “ teriak beberapa orang yang masih di bawah . dengan perasaan kesal aku dan yang lain yang juga tersesat mencoba menerima dan kembali turun ke bawah dengan nafas yang terengah-engah . “ Nha, awas terpeleset lagi jalannya licin “ Muadz mengingatkanku yang terlalu asiik turun kebawah karena udah gak sabar pengen main air di curug. “ iyah adz, nyantai aja . kamu yang didepan atuh biar aku megang jaket kamu kalau mau jatuh . :D “ ungkapku “huu dasar jadi jatuhnya mau ngajakin aku nih ?” guyonnya. “hhehe kan One heart One idea jadi harus sependeritaan dong :D “ jawabku “ iya deh iyaa si sayang bisa aja “ timpalnya sambil mengikuti saranku.
Tak lama kemudian akhirnya kami tiba di curug, awalnya aku hanya ingin bermain air biasa namun “ cepet atuh kelas tiga yang mau keluar harus basah semua . kapan lagi kita kaya gini . ini untuk yang terakhir lho? “ rayu beberapa orang dari kelas tiga. “ yu adz, kita kesana . sekalian photo juga hehehe :D” ajakku. “ iyah nha ayo tapi aku nitip uang yah di kamu “ jawabnya sambil menyerahkan sejumlah uang dari sakunya. Aku dan Muadz segera bergabung dengan teman-teman yang lain dan berphoto bersama.
Pulang dari Curug kami kembali ke bumi perkemahan dan aku pun kembali pulang bersama Muadz dan Via. Disaat yang lain ikut ke mobil yang lewat aku segera bertanya “ kita mau ikut ke mobil juga nggak ? “ tanyaku “ nggak ah berbahaya mending kita jalan kaki biar lama di jalan berduanya “ sarannya . aku pun mengikuti sarannya.
Ketika tiba di perkemahan kita bertiga langsung mandi dan janjian buat shalat berjamaah. Aku dan Via mandi ke tempat perempuan dan Muadz mandi di tempat laki-laki. Hahaha ya iyalah masa mau bareng :D sehabis mandi aku dan via segera ke mushola kecil yang ada di dekat  tenda-tenda yang kami dirikan. Tak lama kemudian Muadzpun mengikuti dari belakang dan Kita shalat berjama’ah. Aku merasa bahagia dan sangat dekat dengannya ibarat sudah resmi jadi suami istri dan via sebagai anaknya . hahaha ngekhayal :p
Malam harinya yang juga malam terakhir berada di kaki gunung ciremai panitia mengadakan acara kreasi dan api unggun. Acara itu disambut meriah oleh para santri , berdansa bersama mengelilingi jilatan api yang mulai membakar kayu-kayu kering diiringi penampilan beberapa drama layaknya sebuah theater di hutan. Pokoknya seru deh
Esok harinya, dengan berat hati kami harus membongkar tenda-tenda yang menjadi tempat berlindung kami selama 3 hari 2 malam. Diperjalanan pulang aku dan Muadz berharap agar mobil yang kami tumpangi berhenti di dekat penjual durian karena aku dan dia sama-sama pecinta durian. Namun sayangnya, keinginan kita tak terpenuhi L .
Alam . . .
Menyatukan aku, kau, menjadi kita
Membuatku lebih dekat denganmu
Mengukir cerita tentang aku dan dia
Saksi bisu jalinan kasih antara kau dan aku

Andai alam dapat bicara
Mungkin ia akan banyak bercerita tentang kita
Bercerita kisah cinta tikus dan marmut

Andai alam dapat berimajenasi
Mungkin ia akan melukiskan cerita cinta Adzthathry
Menggambarkan keharmonisanku bersamanya

Namun sayang . . .
Alam hanya bisa membisu
Melihat perjalanan dua insan dilanda asmara
Tanpa bisa bercerita tentang kita

Sesampainya di pesantren banyak santri yang langsung dijemput orangtuanya . sementara aku ? sampai sore tak kunjung dijemput tapi tak apalah agar aku bisa lebih lama bersamanya. Malam harinya panitia bersama beberapa santri yang belum pulang ngeliwet bareng. Meski hanya dengan lauk pauk seadanya tapi aku bahagia karena makan bersamanya :*
Aku habiskan seminggu dari waktu liburku untuk tetap tinggal di pesantren. Aku pulang ketika mama menyuruhku pulang ke rumah karena ada acara keluarga begitupula dengan Muadz.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar